Pembangunan Konvensional Terbukti Gagal

sumber : kompas

28 September 2011

JAKARTA, KOMPAS.com — Pembangunan ekonomi secara konvensional yang hanya berkutat pada modal dan keuntungan dinilai gagal bertahan dalam menghadapi kemajuan zaman. Konsep pembangunan hijau yang memberi perhatian besar terhadap lingkungan dan masyarakat membuat terjaminnya pembangunan yang berkelanjutan.

”Sejak zaman revolusi industri, perhatian hanya pada modal tinggi dan keuntungan. Lingkungan dan sosial dianggap bukan urusan pengusaha,” kata Prof Surna T Djajadiningrat, Guru Besar School of Business and Management Institut Teknologi Bandung, Rabu (28/9/2011), di Jakarta.

Ia mengatakan, sejarah membuktikan pengabaian terhadap masalah lingkungan menyebabkan perubahan cuaca yang mengancam kelangsungan industri dan aktivitas perusahaan, misalnya, angin topan dan banjir yang membuat industri berhenti bekerja.

Sementara itu, pengabaian masalah sosial pun membuat berbagai gangguan, seperti protes dari masyarakat setempat, mogok kerja dari pekerja yang tak dipenuhi hak-haknya, serta berbagai hal lain.

Menurut Surna, sudah saatnya arah pembangunan menuju langkah-langkah yang ramah lingkungan dan masyarakat. Hal ini bisa tercapai jika dilakukan secara holistik antara pemerintah, pengusaha, dan masyarakat yang memiliki paradigma sama.

”Slogan pro job, pro poor, pro growth, pro environment, dan pro business oleh Presiden itu sudah benar. Tinggal diimplementasikan,” ujar penulis buku Ekonomi Hijau itu.



I believe we can’t keep fighting for collective action if we don’t start it ourselves. For me, fighting for a sustainable environment begins with something small: eating proportionately. I think about how, throughout human history, the stomach has often been the beginning of all greed. How can we truly talk about controlling global consumption if we can’t even control our own desire to eat everything?

That’s why I’m committing to practicing autophagy daily, limiting my consumption of imported foods, and prioritizing buying local food directly from farmers.

Newsletter