Perubahan Iklim, Musuh Besar Setelah Rasisme

DURBAN, KOMPAS.com – Penerima Nobel Perdamaian, Desmond Tutu, Minggu (27/11/2011) mengatakan bahwa perubahan iklim adalah musuh besar manusia saat ini, mengancam kemanusiaan, membahayakan siapa pun baik kaya maupun miskin.

Saking besar ancamannya, Tutu mengatakan bahwa perubahan iklim adalah musuh terbesar setelah rasisme dan apartheid. Manusia harus bersatu padu melawannya.

“Sekarang kita sedang menghadapi musuh besar, sangat besar. Dan tak ada satu pun negara yang bisa melawannya sendiri. Musuh itu disebut pemanasan global, perubahan iklim,” kata Tutu seperti dikutip AFP, Minggu.

“Kita hanya punya satu rumah. Hanya ini waktu yang kita punya. Dan apakah Anda kaya atau miskin, hanya ini rumah Anda. Anda anggota satu keluarga, ras manusia,” tambahnya.

“Anda yang kaya harus datang ke sisi kami. Dan kami akan menunggu Anda di sisi yang lain,” kata Tutu lagi.

Tutu menuturkan hal tersebut di rally di Durban’s King’s Stadium. Momen itu diramaikan oleh kelompok religius, ceramah dan musik dengan tema utama “keadilan iklim”. Sayangnya, hanya beberapa ratus yang hadir.

Konferensi selama 12 hari yang dihadiri oleh 194 negara anggota United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) dibuka di Afrika Selatan, Senin (28/11/2011).

Negara-negara akan membahas upaya mengatasi perubahan iklim. Banjir, kekeringan berkepanjangan, naiknya permukaan air laut adalah beberapa dampak terkait perubahan iklim yang diwaspadai.



I believe we can’t keep fighting for collective action if we don’t start it ourselves. For me, fighting for a sustainable environment begins with something small: eating proportionately. I think about how, throughout human history, the stomach has often been the beginning of all greed. How can we truly talk about controlling global consumption if we can’t even control our own desire to eat everything?

That’s why I’m committing to practicing autophagy daily, limiting my consumption of imported foods, and prioritizing buying local food directly from farmers.

Newsletter